Penyakit Yang Perlu Diwaspadai Selama Kehamilan


Ketika seorang wanita hamil biasanya banyak sekali perubahan yang terjadi pada wanita tersebut. Wanita akan menjadi lebih sensitif ketika sedang hamil, namun juga lebih manja dengan banyak permintaannya.Selama hamil, sistem kekebalan tubuh berubah. Ibu hamil jadi lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi oleh bakteri ataupun virus.  Berikut ini adalah berbagai penyakit yang harus diwaspadai selama kehamilan.
1. Demam Tifoid
Penyakit ini, disebabkan infeksi kuman Salmonella typhi yang masuk ke tubuh melalui saluran cerna. Setelah tertelan ke saluran usus, kuman akan mencapai jaringan limfoid di usus halus, lalu masuk ke aliran darah. Akhirnya bersarang di plak peyeri, yaitu di dinding usus halus, hati, limpa, dan sistem retikuloendotelial lainnya.
Adapun gejalanya: timbul demam yang semakin hari semakin meningkat, rasa tak enak badan, perut terasa tak enak, mual, nyeri bila ditekan, kadang disertai sembelit atau malah diare. Sering kali, pada lidah juga tampak kotor berwarna kecokelatan-cokelatan.
Agar tidak menimbulkan gangguan pada kehamilan dan janin, ibu yang mengalami gejala-gejala di atas sebaiknya langsung mendapatkan penanganan dokter, bahkan sebagian harus dirawat di rumah sakit.
Sebagai pencegahan, Mama sebaiknya mengupayakan kebersihan makanan dan minuman sebelum dikonsumsi agar tak ada kuman yang masuk. Pemberian vaksinasi tifoid bisa saja dilakukan, dan yang terbaik dilakukan sebelum kehamilan terjadi.
Risiko yang perlu diwaspadai:
Bila tidak ditangani, demam tifoid cukup berbahaya karena komplikasinya yang tak ringan bila penanganan tidak baik. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain, perdarahan dan kebocoran usus, penyebaran infeksi hingga ke paru-paru, ginjal, tulang, hati, bahkan bisa juga menyerang otak dan menyebabkan ensefalitis (radang otak).
Bagi ibu hamil, pada infeksi berat di awal kehamilan diperkirakan 60-80% akan mengalami keguguran spontan. Bagi si ibu sendiri, risiko kematian pun cukup besar, bisa mencapai 15%.

2. Hepatitis
Peradangan pada hati ini disebabkan infeksi virus hepatitis A, B, atau C. Infeksi virus hepatitis A dapat menyerang melalui jalur fekal-oral, yaitu penularan melalui makanan atau minuman, sedangkan hepatitis B dan C melalui cairan tubuh, seperti darah.
Meski disebabkan virus yang berbeda, tapi gejalanya hampir sama. Yaitu adanya sakit kepala, demam, rasa tak enak badan, mual, muntah, nyeri pada otot, nyeri pada perut kanan atas, dan warna urin yang jadi lebih gelap. Gejala-gejala tersebut biasanya berlangsung selama 4-7 hari.
Pada tahap selanjutnya, gejala sedikit berkurang, tapi muncul warna kekuningan di putih mata dan kulit, serta terjadi pembesaran hati. Tahap kedua ini berlangsung antara 3-6 minggu. Selanjutnya warna kekuningan akan mereda dan pasien mengalami perbaikan.
Hepatitis bisa berupa penyakit yang tampaknya ringan, tapi dapat pula berat yang bisa  menimbulkan kematian dalam waktu tak lama. Pada infeksi yang disebabkan virus hepatitis A, penderita dapat sembuh sempurna. Sedangkan pada infeksi yang disebabkan virus hepatitis B dan C, seringkali terjadi infeksi yang sifatnya kronik dan berlangsung lama.
Selain si ibu harus mendapatkan pengobatan untuk mengatasi penyakitnya, bayi yang baru lahir akan diperiksa kekebalannya. Bila memang sudah terinfeksi dari ibunya, ia akan segera diterapi. Sedangkan bila belum terinfeksi dan belum memiliki kekebalan, ia akan segera divaksinasi dan dipisahkan sementara dari si ibu, sampai memiliki kekebalan yang cukup.
Hepatitis A dan B bisa dicegah dengan pemberian vaksinasi. Bahkan, saat ini vaksinasi hepatitis B sudah diwajibkan bagi anak-anak. Namun demikian, saat dewasa pun kadang diperlukan vaksinasi ulangan sebagai booster, untuk menjaga tingkat kekebalan agar jangan sampai turun di bawah tingkat perlindungan. Yang terbaik dilakukan kala tak hamil. Sementara hepatitis C sampai saat ini belum ada vaksinnya.
Risiko Bagi Kehamilan:
Bagi kehamilan, bila terinfeksinya saat trimester I, lalu tidak ditangani dengan baik, walaupun biasanya tak menimbulkan kecacatan, tapi dapat mengakibatkan keguguran. Sedangkan pada trimester II atau III, bila tidak diatasi, dapat menyebabkan kelahiran prematur atau terjadi infeksi vertikal (penularan dari ibu ke bayinya).

3. Tetanus
Penyakit ini disebabkan kuman Clostridium tetani. Kuman ini hidup di tempat yang oksigennya rendah, seperti di dalam tanah atau di luka yang tertutup. Luka yang berisiko untuk menjadi tempat infeksi kuman ini, misal, luka yang kotor dan terkena tanah atau karat, luka yang lebar dan tak beraturan, luka tusuk, dan sebagainya.
Kuman yang berkembang biak akan mengeluarkan toksin yang lalu mengenai saraf, hingga otot-otot akan mengalami kelumpuhan dan kekakuan. Bila gejala masih ringan, misal, kekakuan baru pada daerah wajah dan segera ditangani, biasanya dapat diatasi dengan baik dan tak membahayakan ibu maupun janinnya.
Walaupun berisiko mengganggu kehamilan dan janin, tapi sebenarnya tetanus tidaklah sulit untuk mencegahnya. Caranya, bila sampai seseorang mengalami luka, apalagi luka yang kotor, maka lukanya harus dibersihkan benar-benar dengan antiseptik, lalu bila perlu ia akan diberikan suntikan serum antitetanus dan  vaksinasi TT (tetanus toksoid).
Ibu hamil pun boleh divaksinasi TT untuk melindungi dirinya. Selain, memberikan kekebalan pada bayinya yang baru dilahirkan agar tak terkena tetanus neonatorum (infeksi tali pusat). Imunisasi diberikan 3 kali, yakni selagi hamil muda dan sebulan kemudian.
Yang jelas, 2 bulan sebelum melahirkan, si ibu sudah komplet mendapatkan “paket” suntikan TT. Jika lewat dari waktu itu atau malah sudah dekat waktu melahirkan, kemungkinan besar belum sempat terbentuk antibodi atau daya imunitas untuk memerangi tetanus yang mungkin menerpa saat melahirkan.
Risiko Bagi Kehamilan, Janin, dan Persalinan:
Bila tidak ditangani, penyakit tetanus dapat menyebabkan kekakuan. Bila sudah mengenai daerah otot pernapasan, penderita akan mengalami kesulitan bernapas dan dapat segera meninggal.
Pada ibu hamil, infeksi tetanus seringkali menjadi lebih cepat masa inkubasinya, yaitu 4-12 hari. Makin cepat masa inkubasinya, makin fatal dampaknya, baik bagi si ibu maupun janinnya.
Selain itu, risiko terbesar terjadinya infeksi tetanus adalah saat persalinan. Pada persalinan tak bersih, misal, peralatan tidak steril dan perawatan tali pusat tak baik, maka kuman tetanus mudah sekali menyerang, baik ibu maupun bayinya. terkadang ibu hamil ketika menjalani kehamilan pertama akan mengalami stres, sebaiknya jalani kehamilan dengan enjoy
Previous
Next Post »